Judul : IDHAM CHALID Guru Politik Orang NU
Pengarang : Ahmad Muhajir
Penerbit : Pustaka Pesantren
Tahun terbit : 2007
Halaman : xx+169 halaman
IDHAM CHALID adalah sosok paling kontroversial dalam sejarah perpolitikan NU. Beliau dianggap sebagai politikus yang tak memiliki hasrat untuk kepentingan dirinya sendiri. Beliau juga tidak mau merugikan kepentingan umat, dan lebih berpihak pada penguasa. Ia mendapat gelar “Politikus Gembus” dari Pemuda Ansor, lantaran sikap politiknya yang selalu mengembang di atas. Idham Chalid, lahir pada tanggal 27 Agustus 1922 di Satui dekat wilayah Baru, bagian tenggara Kalimantan Selatan. Ketika berumur 6 tahun, Idham dan keluarganya pindah ke kampung halaman ayahnya di Amuntai-Hulu Sungai Utara.
Saat masih kecil, Idham sangat cerdas dan berbakat. Sehingga ia langsung di tempatkan di kelas Ii Sekolah Rakyat (SR). Kemampuan berpidato Idham terlihat ketika ia berpidato di depan teman-teman sekolahya. Pada saat itu ia baru berusia 12 tahun. Idham menamatkan pendidikan dasarnya pada tahun 1935. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Al-Rasyidiyah (dulunya bernama Arabisch School) yang merupakan alternatif dari sekolah yang didirikan Belanda. Pada tahun 1938, Idham meneruskan pendidikannya di Pondok Moderen Gontor Ponorogo selama 5 tahun. Idham menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dibandingkan santri lainya di Kulliyah Al-Muallimin Al-Islamiyah. Tahun 1943, Idham meneruskan pendidikannya di Jakarta. Tidak lama kemudian ia kembali ke Gontor untuk menjadi Guru dan sekaligus Wakil Direktur. Saat mengabdi di Gontor kemampuan berorganisasinya semakin meningkat, ia mampu menguasai 6 bahasa.
Idham mempunyai banyak pengalaman di dunia politik. Ia pernah menjadi Sekertaris Panitia Kemerdekaan Indonesia daerah Hulu Sungai Utara di Amuntai. Ia juga menjadi Ketua Masyumi Amuntai. Di masa Revolusi, Idham bergabung dalam Sentral Organisasi Pemberontakan Indonesia Kalimantan (SOPIK). Organisasi yang dipimpin oleh Hasan Basry dan ALRI Divisi IV. Dia berkali-kali menjadi Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo (24 Maret 1956-9 April 1957), Kabinet Djuanda (9 April 1957-9 juli 1959), dan dalam dua Kabinet Dwikora (22 Februari 1966-25 Juli 1966 ). Dia juga pernah menjadi Ketua DPR (1966-1977) dan Ketua MPR (1972- 1977).
Idham Chalid menjadi Ketua Umum NU terlama. Ia menjabat selama 28 tahun, dari 1955 hingga 1984. Idham Chalid tutup usia pada tanggal 11 Juli 2010, di usia 88 tahun. Atas jasa-jasanya, ia diangkat menjadi Pahlawan Indonesia berdasarkan Keppres Nomor 113/TK/tahun 2011 tanggal 7 November 2011, dan diabadikan di uang kertas RP 5000.