SAYA TIDAK INGIN KAYA TAPI HARUS KAYA
Al-Quran menyuruh kita untuk kaya. Karena sesungguhnya kaya bukanlah suatu keburukan bagi orang-orang yang mengamalkannya untuk kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Banyak dalil-dalil dalam Al-Quran yang mensyariatkan kaum muslim mencari kekayan. Diantara dalil-dalilnya dapat dibagi yaitu menjadi halalnya perdagangan dan jual beli, pentingnya niaga dan bisnis, anugerah Allah Swt yang tiada terhingga, perintah berinfaq, zakat, dan sedekah, juga kekayaan merupakan karunia dan kebaikan.
Berdagang merupakan salah satu jalan menuju kekayaan. Berdagang atau berniaga sendiri merupakan hal yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW yang merupakan teladan dan cerminan kaum muslim yang utama. Beliaulah rujukan kita sepanjang masa, termasuk dalam perkara-perkara mengumpulkan kekayaan.
Sehingga kekayaan merupakan daya bagi kaum muslim dan peluang untuk mendapatkan pahala serta ridha Allah lebih besar lagi. Berdaya karena kaum muslim tidak akan bergantung kepada manusia lain dalam soal ekonomi, apalagi yang bisa menjerumuskan pada jurang kebatilan. Sebaliknya malah kaum muslim yang kaya bisa menjadi tempat bergantung banyak orang yang membutuhkan. Namun, dalam menjadi orang kaya kita harus menjadi orang kaya yang saleh. Karena kesalehan dan ketaqwaan adalah salah satu daya pendorong untuk mempercepat jemputan rezeki. Rezeki kita kadarnya sudah dituliskan Allah di dalam lembaran dalam kitab nyata milik allah (lauhil mahfuuzh).
Hakikat kaya, bukan semata-mata karena harta, melainkan adanya kaya-kaya lain sebagai faktor. Diantara faktor daya kaya lain yang menghimpun sigma adalah kaya ghirah (semangat), kaya input (masukan ilmu, wawasan, serta pengalaman), kaya gagasan (pengalaman), kaya ibadah (amal), kaya hati dan sebagai bonusnya yaitu kaya harta. Atau dapat didefinisikan menjadi GIGIH + H.
Kaya ghirah (semangat), semangat sendiri merupakan energi yang ada tidak ada habisnya. Orang yang kaya dengan semangat membara seakan manusia yang menjadi sumber energi, bagai matahari, menerangi kegelapan, menumbuhkan bibit, menyegarkan yang layu, menghijaukan daun, dan mencerahkan. Begitupun pribadi yang kaya dengan ghirah kebaikan, kehadirannya selalu ditunggu keberadaannya menggerakkan lokomotif perubahan, kepergiaannya menjadi buah penantian dan kerinduan.
Kaya input (masukan ilmu, pengalaman, dan wawasan). Ilmu itu bagaikan cahaya yang bisa menampakkan jelas mana jalan yang tepat untuk ditempuh dan mana jalan yang akan menjerumuskan serta membahayakan. Ilmu merupakan pupuk iman, tak akan pernah kokoh kehidupan tanpa iman, dan tidak akan pernah kokoh kehidupan tanpa ilmu yang diamalkan dengan ikhlas. Tak ada artinya kekayaan jika tidak disertai kekayaan ilmu.
Kaya gagasan, semakin kita kaya den gan gagasan semakin melimpah ide, maka semakin leluasa menikmati hidup penuh solusi dan karya. Dalam menjemput rezeki tentunya akan jauh lebih mudah dan melimpah bagi yang sarat dengan gagasan baru bagaikan mata air yang tidak ada habis-habisnya, menyegarkan suasana, dan menghilangkan kehausan.
Kaya ibadah, terciptanya manusia adalah untuk menjadikan segala aktivitas menjadi ibadah. Syarat dari ibadah sendiri merupakan niat dari apa pun yang kita lakukan harus benar benar karena Allah semata. Hatipun harus sepenuhnya tawakkal, bergantung dengan penuh baik sangka serta keyakinan hanya kepada Allah dalam menghadapi situasi apa pun.
Kaya hati, hati yang bersih dan selamat akan menjadi hati yang kaya. Kaya akan ingat kepada Allah. Kaya akan keikhlasan, kasih sayang, rasa syukur, juga kaya akan keyakinan dengan jaminan Allah. Sesungguhnya kekayaan harta yang berlimpah tak ada artinya apabila hatinya miskin.
Suparjiyono,
Sabtu, 26 September 2020