Upacara tradisional ngetung batih berada di Kecamatan Dongko, ngetung berarti menghitung, sedang kata batih berarti anggota keluarga. Jadi, makna dari upacara tradisional ngetung batih adalah menghitung jumlah anggota keluarga, termasuk diantarnya yang sudah menikah kemudian bertempat tinggal di luar Dongko dan juga mereka yang sudah meninggal. Tradisi ini dilaksanakan secra turun-temurun guna mendoakan semua anggota keluarga agar selalu diberi kekuatan, kesehatan, keselamatan, dan rezeki dari Tuhan.
Tujuan dari penyelenggaraan upacara tradisional ini adalah agar anggota keluarga selalu memperoleh karahayon, wilujeng, slamet, tan kena pangeblug. Prayoginipun kita sami miwiti wulan Sura kangge meguru ngelmu. Mugi-mugi rejeki kulawarga panggah wetah. Maksudnya adalah agar anggota keluarga memperoleh berkah keselamatan, dijauhkan dari segala marabahaya, dan tetap diberikan rejeki. Sebaiknya pada bulan Sura ini kita awali dengan niatan untuk memperdalam ilmu (ngelmu). Di tingkat keluarga waktu penyelenggaran upacara tradisional ngetung batih itu dimulai pada pukul 18.00-06.00 WIB. Pada masyarakat Dongko, Trenggalek ini tempat penyelenggaran upacara tradisional ngetungbatih khususnya di tingkat keluarga bisa dilakukan di rumah atau secara kelompok. Kalau di rumah biasanaya diselenggarakan di pendopo atau bisa di halaman. Namun, apabila dilakukan Bersama-sama bisa diujubne atau didoakan secara bersama-sama, lalu lintunipun ambegan (gantinya sesajian) boleh dibawa pulang.
Dalam pelaksanaannya pemilik rumah menyerahkan acara sepenuhnya kepada sesepuh desa tersebut. Persiapan dan perlengkapan untuk menjalankan upacara ini adalah wadah, untuk tempat; sajian; alat-alat kecil, seperti sendok, pisau, bendera, juga senjata lainnya. Alat-alat upacara yang amat lazim di mana-mana adalah patung yang mempunyai fungsi sebagai lambang dewa atau roh nenek moyang yang menjadi tujuan upacara.
Adapun pantangan dalam upacara ini adalah pantangan bagi perempuan yang sedang haid dilibatkan dalam persiapan penyelenggaraan. Bagi segolongan orang orang yang masih percaya adalah tabu, kalau tidak menyelenggarakan upacara ini maka bukan tidak mungkin akan terjadi bencana yang menimpa, baik secaa perorangan, keluarga, dusun, ataupun desa.
Suparjiyono,18 November 2020