Sebagai suatu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berfokus pada kajian multidisipliner mengenai energi, Dewan Energi Mahasiswa terus melakukan kajian mengenai perkembangan energi di Indonesia. Dewan Energi Mahasiwa (DEM) dibentuk sejak 2012, dan setiap minggunya selalu rutin melakukan kajian dan diskusi mengenai perkembangan energy di Indonesia dan dunia. Anggota dari organisasi ini berasal dari berbagai fakultas dan memiliki ketertarikan dengan dunia energi. Setelah minggu lalu mengadakan kajian dengan tema “LNG di Indonesia dan pengalaman bekerja di Badak LNG”, maka minggu ini kajian dilakukan pada Jumat, 21 Maret 2017 di Ruang Diskusi Lantai 2 Perpus Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dengan tema “Trend and Political Economics of Energy” dengan pembicara dari internal DEM yaitu, Alexander Michael Tjahjadi, Ilmu Ekonomi 2014.
Diskusi diawali dengan pengenalan umum mengenai trend and political economics of energy. Saat ini, emisi gas terbesar adalah dari energi dan isu yang berkembang tentang emisi karbon adalah konsumsi terus meningkat dan pemerintah berupaya agar kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, usaha yang dilakukan pemerintah adalah dengan mulai melakukan shifting ke renewable energy, hanya saja masyarakat masih sulit untuk menerima perubahan menggunakan energi terbarukan.
Dalam diskusi ini juga dijelaskan mengenai proyeksi global mengenai energi dunia. Dalam Conference of the Parties (COP) di Paris, menghasilkan kebijakan yaitu merubah proyeksi minyak dan gas dengan membuat new policy scenario. Terdapat 450 skenari untuk mencegah kenaikan suhu bumi jangka panjang 2 derajat celcius dan membatasi peningkatan 1,5 derajat diatas level pra industrial. Sustainable Development Goals memiliki tujuan untuk membuat suatu obligasi dimana setiap negara mensupply money untuk membiayai proyek-proyek yang berhubungan dengan lingkungan atau disebut juga Green Financing.
New policies scenario :
- 2020 : $80/barrel
- 2030: $6/Mbtu, US Market, memiliki cost terendah untuk memproduksi minyak dibanding negara-negara lain
- 2040: $90/tonne
Permintaan minyak di dunia saat ini sudah berkurang, misalnya, Eropa yang mulai mixed up dengan renewable energy. Salah satu isu biomass renewable energy , yaitu, Brazil sebagai salah negara yang paling berhasil dalam bioenergy mengalami dilema pada saat harga jagung naik, karena pertani lebih memilih untuk menjual jagung dibandingkan menjual biomass yang harganya lebih rendah. Hal tersebut masih menjadi isu dan dilema pengguanaan renewable energy di Brazil. 50% Asia Pasifik masih menggunakan batubara, timur tengah menggunakan minyak mentah, dan Amerika saat ini sudah mulai menggunakan Hydro dan energi terbarukan lainnya. Bahkan saat ini Amerika dan Canada melakukan joint venture untuk pengembangan Shell Oil. Asia Tengah saat ini menyadari bahwa mereka memiliki banyak gas, sehingga Eropa mulai shifting ke Asia Tengah.
Selanjutnya dalam diskusi ini dilakukan tanya jawab mengenai isu geopolitik. Isu geopolitik sedang hangat adalah China yang pertumbuhan ekonominya saat ini sedang menurun, hal ini dibuktikan dengan menurunkan ekspor batubara ke China yang seharusnya digunakan untuk menjalankan industri disana. Hal itu dikarenakan China lebih memilih untuk membeli minyak dari Afrika daripada memproduksinya, karena untuk membangun insfrastruktur dibutuhkan biaya yang besar. Tetapi, shifting ke Amerika dan Afrika cenderung sulit secara birokrasi sehingga pertumbuhan ekonomi China menurun. Isu lain yang juga sedang hangat adalah konflik Rusia dan Ukraina. Rusia sejak 2013 sedang membangun pipa bawah laut tanpa menyentuh dasar laut. Tetapi belum ada informasi lebih lanjut apakah pipa ini berhasil dibangun atau tidak.
Kesimpulan dari diskusi ini adalah dari skenario yang dibuat sampai tahun 2050, minyak masih menjadi energi yang paling banyak digunakan dan mendominasi. Banyak negara yang belum mau switching karena investment cost yang besar dan memerlukan skill yang terampil, dan infrastruktur yang belum memadai. Techinical issue tidak bisa diabaikan terkait keputusan mengekstraksi energi, termasuk juga pertimbangan politis dan ekonomi dalam kerjasama energi, akrena terdapat issue mengenai pencegahan gas rumah kaca dan kebijakan energi yang berbasis lingkungan.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan energy di Indonesia dan memacu semangat mahasiswa untuk dapat memberikan alternative solusi dari permasalahan energy yang terjadi sebagai upaya mendukung energi dalam negeri (Paulina Nainggolan)