Selasa (4/12), di Perpustakaan FT UGM diselenggarakan diskusi bertajuk “English for Academic Writing”. Diskusi ini diampu oleh Siti Nurleily Marliana, Ph.D., dosen di Fakultas Biologi UGM, dan juga pengelola jurnal IJBiotech yang telah terindeks Scopus. Selain itu ada pula Alex, seorang editor profesional yang sudah 9 tahun akrab dengan Bahasa Inggris orang Indonesia.
Mengawali paparannya, Alex menyampaikan bahwa tidak ada keajaiban dalam belajar Bahasa Inggris. Peningkatan kemampuan membutuhkan waktu, dan workshop merupakan alat bukan sebuah solusi. Khususnya sebagai seorang penulis, tidak boleh menganggap pembaca itu sebagai “mind readers’. Pembaca menafsirkan teks, maka teks yang ditulis harus jelas. Pada proses inilah penulis membutuhkan editor, bukan proofreader.
Selama menjadi editor penulis Indonesia, hanya 5% dokumen yang editingnya diselesaikan dalam waktu 2 hari. Sementara 95% membutuhkan lebih dari 2 hari. Dalam menjalankan proses editing, terkadang editor memerlukan diskusi dengan penulis, karena penulis seringkali tidak menyampaikan idenya dengan jelas, dan editor tidak bisa memahami apa yang ditulis oleh si penulis. Alex merekomendasikan, penulis sebaiknya memiliki basic english yang bagus + konsentrasi dengan isi tulisannya. Dengan demikian, maka editor dapat lebih mudah memahami tulisan, serta memberikan koreksi dengan tepat. Sehingga proses editing menjadi lebih cepat.
###
Pada sesi workshop, peserta diminta menuliskan hobi masing-masing serta tema penelitian yang diminati menggunakan bahasa Inggris. Selain itu juga menuliskan pendapat masing-masing dalam Bahasa Indonesia tentang salah satu topik: mobil hybrid, mie instant, gaya hidup vegetarian, atau pembangunan hotel.
Kalimat berbahasa Inggris yang ditulis peserta dijadikan dasar proses praktik mengoreksi bahasa Inggris. Sementara kalimat berbahasa Indonesia yang ditulis peserta dijadikan dasar cara penggunaan Google Translate yang baik dan benar.
Peserta antusias mengikuti diskusi ini. Berbagai komentar mereka sampaikan. “Dalam penyampaian, pembicara mampu menyampaikan pendapat secara terstruktur, rapih, dan mudah dicerna. Metode penugasan yang interaktif dapat memahami tata cara English Writing dengan komprehensif”, demikian komentar salah satu peserta. Semua peserta mengapresiasi kegiatan ini, dan berharap ada acara serupa yang lebih intensif.
Kegiatan ini merupakan bagian dari seri “Diskusi Bersama Pakar”, yang digelar rutin oleh Perpustakaan FT UGM. Seri diskusi ini untuk memfasilitasi mahasiswa memperoleh pengetahuan baru dengan berbagai pemateri yang kompeten, dalam rangka mendukung proses perkuliahannya. (Humas FT: Purwoko)
Slide materi diskusi ini dapat diunduh di http://lib.ft.ugm.ac.id/download/slide-english-for-academic-writing-siti-nurleili-marliana-joaquim-baeta/