(resume diskusi ditulis oleh notulen Dewan Energi Mahasiswa UGM)
Pada Jum’at, 9 September 2016, Dewan Energi Mahasiswa UGM mengadakan diskusi rutin mingguan di ruang sirkulasi Perpustakaan FT UGM dengan topik “Perkembangan Energi Baru Terbarukan Indonesia” yang dibawakan oleh Riko Susetia Yuda.
Menurut National Energy Mix 2012, sumber energi terbesar saat ini masih dikuasai oleh sektor migas yaitu sebesar 46,93%. Rasio elektrifikasi Nasional di tahun 2014 menurut data Kementerian ESDM, 2014 masih sebesar 80,15%. Nilai ini masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Rasio Elektrifikasi Nasional pada tahun 2020 ditargetkan mencapai 100%.
Menurut Kebijakan Energi Nasional, pada tahun 2020 diperkirakan proyeksi konsumsi minyak bumi mulai berkurang dan hanya mencapai 25% pada tahun 2035. Sedangkan peningkatan energi primer EBT sebesar 23%. Energi Terbarukan merupakan energi yang dibangkitkan dari sumber daya alam dan dapat diperbaharui. Di Indonesia, potensi EBT sangat besar namun investasinya masih belum mendukung sehingga belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Kendala terbesar saat ini adalah investasi awal yang mahal dan perawatannya yang fluktuatif.
Energi Terbarukan di Indonesia terdiri dari energi surya, energi angin, biomassa, energi air, dan panasbumi. Energi surya Indonesia menggunakan Solar PV yang memanfaatkan komponen cahaya matahari secara langsung untuk membangkitkan listrik. Kecepatan angin di Indonesia memiliki potensi yang besar terutama di daerah pesisir. Biomassa merupakan energi yang diperoleh dari sumber biologis sebagai contoh kotoran hewan dan sisa tumbuhan. Potensi ini khususnya berasal dari industri gula, minyak kelapa sawit, dan kayu. Sebagai contoh di Bantargebang yang menggunakan sampah untuk menghasilkan energi listrik. Energi air juga memiliki potensi yang besar namun debit air yang fluktuatif menyebabkan listrik yang dihasilkan tidak stabil. Potensi panas bumi Indonesia mencapai 29 GW (terbesar di dunia) namun kapasitas yang terpasang masih sebesar 1.341 W (4,6%). Padahal seharusnya di tahun 2015 terdapat 4000 sumber PLTP yang dibangun. Potensi besar ini karena Indonesia merupakan jalur gunungapi (ring of fire). Seharusnya, jika pemanfaatan energi baru terbarukan ini optimal, rasio elektrifikasi nasional sudah mencapai 100% karena kekayaan energi yang kita miliki.
Hasil diskusi yang didapatkan adalah bahwa kendala yang didapatkan dalam pemanfaatan EBT yaitu sebagai berikut:
-
Masih adanya subsidi untuk energi fosil sehingga investor pasti akan lari ke energi fosil tersebut karena harga EBT yang tidak kompetitif.
-
Belum ada penelitian mengenai berapa lama energi terbarukan bisa digunakan (life-cycle product)
-
Biaya perawatan yang fluktuatif sehingga sulit untuk dikontrol seperti pembangkit listrik tenaga panasbumi yang dapat menyebabkan alat-alat menjadi korosif.
(Dewan Energi Mahasiswa UGM)