Misi yang paling penting sebuah negara adalah melindungi setiap orang dan memberinya kesempatan untuk berkembang menjadi pribadi yang kreatif. (Albert Einstein – dalam New York Times 1931).
Albert Einstein lahir di Ulm, Wurttenberg, Jerman pada hari Jum’at 14 Maret 1879 dari pasangan Herman Einstein dan Pauline Koch yang merupakan Yahudi sekuler. Ayah Einstein seorang insinyur dan pengusaha yang memproduksi peralatan listrik di Munich Jerman. Sedangkan Ibunya berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga dan seorang Musikus.
Sejak kecil Einstein sudah tampak seorang Genius, ia mampu menunjukkan kemampuannya dalam memahami sains terutama matematika dan fisika. Einstein memiliki rasa ingin tahu yang mendalam dan gairah yang tinggi untuk melakukan penyelidikan atas sebuah persoalan. Ketekunan dan keuletan telah menjadi karakter Einstein sejak kecil. Kehidupan Einstein akrab dengan sains, filsafat, dan musik. Maka dari itu selain dikenal sebagai seorang Ilmuwan, Einstein juga seorang Filsuf dan Musikus.
Ketika masih usia remaja, Einstein telah menghatamkan ketiga magnum opus Immanuel Kant. Buku filsafat Kant yang tergolong sangat berat, Critique of Pure Reason (Kritik atas Akal Murni), Critique of Practical Reason, dan Critique of Judgement. Melalui filsafat Kant itu pula, Einstein mengetahui dan memahami bentuk dan sistem pemikiran. Selain bergelut dengan sains dan filsafat, Einstein juga tekun untuk mengembangkan hobinya bermain biola. Bagi Einstein musik tidak sekadar menjadi hiburan, melainkan untuk membantu dirinya dalam berfikir.
Dari kisah perjalanan hidup seorang Einstein yang terkenal dengan otak geniusnya itu, ia juga mengalami kegagalan untuk meraih kesukesannya. Setelah lulus dari pendidikannya di Polytechnic, Einstein menghadapi kesulitan besar dalam menempuh karier akademiknya. Karena dirinya mempunyai hubungan yang tidak baik dengan para profesornya. Sebab Einstein mempunyai karakter yang suka berkata apa adanya dalam mengungkapkan perasaan, sehingga banyak profesor yang membimbing dirinya merasa kurang dihormati. Selain itu, sikap Einstein yang sering menggugat dan mengabaikan otoritas kampus. Namun Einstein merupakan sosok yang cinta damai, humanis, dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi dalam hal kemanusiaan. Sebagai seorang Ilmuwan, Einstein sangat tidak setuju jika bom atom dijadikan sebagai senjata untuk peperangan.
Buku ini sangat menarik untuk dibaca oleh siapapun. Pemaparan narasinya begitu mengalir, cukup enak dibaca dan mudah dipahami. Cocok sebagai bahan bacaan untuk keluarga dirumah guna menambah khasanah wawasan ilmu pengetahuan kita bersama.
Senin, 11 Mei 2020 (Isnaeni Syamsiati)