Judul : Gerakan Sosial Romo Mangun
Penulis : Sularto, St (editor)
Tahun Terbit: 2017
Nama lengkap Romo Mangun adalah Yusuf Bilyarata Mangunwijaya. Lahir di Ambarawa 6 Mei 1929 dan meninggal di Jakarta 10 Februari 1999. Romo Mangun pernah menjadi tentara pelajar dan TKR dan ikut petempuran di Ambarawa. Serta pernah menjadi dosen luar biasa di UGM Yogyakarta pada tahun 1967-1980 pada jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM.
Sejak 1968 Romo Mangun aktif menulis kolom di surat kabar dan banyak karya tulis yang di hasilkan seperti: Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (novel) 1983, Gerundelan Orang Republik 1995, Gereja Dispora 1999, Fisika Bangunan buku Aritektur 1980, Esai-esai Orang Republik 1987, Durga Umayi (novel) 1985, Di Bawah Bayang-Bayang Adikuasa 1987, Burung-Burung Manyar (novel) 1981, Burung-Burung Rantau (novel) 1992, Balada dara-dara Mendut (novel) 1993, Balada Becak (novel) 1993 .
Romo Mangun adalah tokoh yang bisa menjadi panutan, karena gerakan sosial yang dilakukan Romo Mangun tidak bertujuan penggalangan masa, demi kepentingan politik atau kelompok. Melainkan berpusat dari dan untuk mereka yang diperjuangkan. Gerakan sosial Romo Mangun memperjuangkan rakyat pinggiran seperti Terban (1983) – bawah jembatan Gondolayu yang menata kampung kumuh dengan sangat rapi dengan gaya arsiteknya dan disebut Girli-Pinggir kali Code, Grigak Gunung Kidul (1987) – menyediakan air bersih bagi kampunng yang sulit air, Kedung Ombo (1989) – menyediakan pendidikan bagi anak-anak yang kampungnya tergenang air dan Dinamika Edukasi Dasar (DED) dengan laboratoriumnya – SD Mangunan (1990) an yang terakhir adalah Asrama Aritza untuk anak jalanan (1999).
Gerakan sosial Romo Mangun adalah gerakan kemanusian, gerakan ide, gerakan moral, gerakan kerakyatan, dan gerakan kebudayaan, kalaupun sedikit berbau politik dalam koridor hati nurani bagi kebaikan bersama dan kemaslahatan manusia. (Apri Wibowo)