Kompleks penggunungan Bromo – Tengger merupakan kompleks gunung api yang sangat luas. Tersusun oleh rangkaian vulkanik di mana salah satu tubuh gunung api yaitu Gunung Bromo, masih aktif hingga saat ini. Secara adminitratif Gunung Bromo terletak di Comoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur. Gunung Bromo sendiri merupakan bagian dari perbatasan 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Akses menuju Gunung Bromo dapat di tempuh melalui 3 jalur yaitu jalur Probolinggo, jalur Malang, dan jalur Pasuruan. Jalur Probolinggo merupakan jalur yang pada umunya sering digunakan oleh para wisatawan karena lebih mudah diakses.
Sejarah Kompleks pegunungan Bromo – Tengger
Kompleks pegunungan Bromo Tengger dengan luas 1200 km, berbentuk lingkaran yang dikenal dengan kaldera. Kaldera merupakan kawah vulkanik yang terbentuk akibat letusan besar gunung berapi serta runtuhnya batuan penyangga ke dalam dapur magma. Menurut Zaennudin (1990) Kompleks pengunungan Bromo-Tengger terdiri atas kaldera lautan pasir, kaldera ngadisari, kaldera argulan, lembah sapikerep, dan pematang cemoro lawang. Di kaldera lautan pasir terdapat beberapa tubuh gunung api yang saling memotong dan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Rangkaian tubuh gunung api tersebut yaitu Gunung Wedodaren (2392 mdpl), Gunung Kursi- Watang (2581 mdpl), Gunung Batok (2470 mdpl ), dan Gunung Bromo (2392 mdpl) Gunung Bromo merupakan Gunung api termuda, kompleks gunung bromo – tengger mempunyai ketinggian 4000 m. Dengan sebuah danau kawah di atasnya gunung api ini mempunyai pusat eruksi di Ngadisari dengan kerucut parasitic (Gunung Ijo)
Berkah Letusan Bromo
Bromo merupakan salah satu gunung api aktif di Jawa Timur. Bromo dapat meletus sewaktu- waktu. Rasa siaga dan waspadapun wajib dimiliki oleh masyarakat Bromo. Letusan gunung api pada dasarnya dikatakan bencana apabila merugikan kehidupan manusia. Namun, berbeda dengan suku Tengger, sebagai peduduk asli disekitar lereng Gunung Api Bromo yang diperkirakan sudah ada sebelum masehi. Suku Tengger menganggap bahwa letusan Bromo 10% merupakan bencana karena menyebabakan beberapa tanaman mati dan atap-atap rumah tertutup abu vulkanik. Sedangkan 90% sisanya dianggap sebagai berkah.
Lawang Pitu
Salah satu bukti fisik kuatnya kepercayaan dan kebudayaan yang tertanam dalam masyarakat Tengger. Lawang Pitu; Lawang berarti pintu dan Pitu artinya tujuh. Lawang Pitu merupakan pengambaran masing-masing masyarakat Tengger, yang percaya bahwa seluruh manusia tanpa memadang ras, suku, atau keimanan akan melewati tujuh tahapan pasca kematian (digambarkan dengan tujuh pintu). Yang akan mengantarkan manusia tersebut hingga ke alam kaniscakalan atau yang biasa dipercaya sebagai alam akhirat. Lawang pitu terletak secara urut dari daerah pintu masuk Cemoro Lawang sampai di bawah puncak Gunung Bromo. Biasanya lawang tersebut berbentuk kamar persegi tak beratap yang dindingnya diberi cat warna hitam. Masing-masing lawang memiliki kalimat-kalimat yang berbeda dan ditulis menggunakan aksara dan bahasa jawa. Misalnya, pada lawang kedua tertulis gumolonge cahyaning sari, yang kurang lebih memiliki makna adanya tekad yang bulat karena cinta. Pada sisi luar dinding tersebut diberi ornamen berupa gambar-gambar binatang ternak atau pun tanaman-tanaman dan hasil pertanian.
Rabu, 06 Mei 2020 (Suparjiyono)