(ditulis oleh Anggi Nur R/ILC)
Demi terwujudnya visi dan misi ILC dalam mengembangkan kemampuan berbahasa para mahasiswa UGM khususnya dan khalayak luas pada umumnya; Jumat, 23 September 2016 International Language Center (ILC) menyelenggarakan kegiatan Movie Talk yang bertempat di Ruang Diskusi Perpustakaan Lantai 2 Fakultas Teknik UGM. Kegiatan Movie Talk adalah bertujuan untuk mewujudkan sebuah wadah diskusi mengenai sebuah film, di mana para pesertanya dianjurkan untuk menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana berkomunikasi dan berdiskusi. Dasar diadakannya kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi mereka yang ingin belajar atau mengasah kemampuan bahasa Inggris mereka, terutama kemampuan berbicara, dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Peserta difasilitasi dengan pemutaran sebuah film, kemudian diajak berdiskusi secara berkelompok dengan menggunakan bahasa Inggris.
Kegiatan Movie Talk yang dipandu oleh dua orang pembawa acara (Nurcahyo Maulana, Magister Pengelolaan Lingkungan dan Ida Ayu Eka Suartika, S2 Sosiologi) ini dimulai pukul 15.52, mundur dari jadwal yang sudah ditentukan yaitu pukul 15.30. Hal ini disebabkan karena hujan lebat yang mengguyur daerah Kaliurang dan sekitarnya, menyebabkan baik panitia maupun peserta datang terlambat. Ketika film diputar, peserta yang berjumlah 25 orang terlihat sangat antusias. Peserta duduk berkelompok mengelilingi meja, setiap kelompok terdiri atas kurang lebih enam sampai tujuh orang. Film yang diputar berjudul the Freedom Writers. Film yang dibintangi oleh Hillary Swank ini bercerita tentang seorang guru bahasa Inggris yang ditugaskan mengajar sebuah sekolah di daerah di mana ras adalah persoalan penting. Swank berperan sebagai Erin Gruwell, yang kemudian disapa Mrs. G oleh murid-muridnya. Mrs. G harus berhadapan dengan sebuah kelas di mana murid-muridnya tak akur satu sama lain, karena perbedaan ras yang mendasarinya. Ada murid berkulit hitam, putih, bermata sipit, dan lain sebagainya. Atas pendekatan yang bertahap dan kecerdasan Mrs. G dalam menangani murid-muridnya, mereka bisa akur satu sama lain dan sangat menyayangi Mrs. G. Film ini sebenarnya berdurasi sekitar dua jam lebih, namun dikarenakan terbatasnya waktu, panitia memotong dan mengedit film dan diperpendek menjadi kurang lebih satu jam.
Satu jam usai, pada pukul 17.00, diskusi dimulai. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dengan cara masing-masing peserta menghitung satu sampai tiga. Peserta yang menyebutkan angka satu duduk dengan peserta lain yang juga menyebutkan angka yang sama, dan seterusnya. Beberapa panitia masuk ke dalam masing-masing kelompok untuk menjadi fasilitator, mengatur jalannya diskusi, dan menjamin bahwa masing-masing anggota kelompok berbicara menggunakan bahasa Inggris. Fasilitator memancing peserta agar mau berbicara dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: 1. Apakah pendapat Anda mengenai film tersebut?, 2. Apakah Anda mempunyai pengalaman seperti yang terdapat pada film tersebut?, dan lain-lain. Sepanjang pengamatan, peserta tampak aktif mengikuti diskusi tersebut, terbukti dengan banyaknya tawa dan juga cerita-cerita yang mengalir mengikuti topik yang dibicarakan. Diskusi inipun berjalan santai, karena para peserta mulai mengenal satu sama lain dan juga karena dalam tahap ini, snack dan minuman diedarkan oleh para panitia.
Pukul 17.25, jadi waktu diskusi adalah 25 menit, perwakilan setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam kegiatan ini, yang pertama bersukarela untuk presentasi adalah kelompok dua. Adapun kelompok dua merumuskan pesan yang didapat dari film the Freedom Writers tersebut adalah “We should not give up on our dreams as it will affect people around us. Don’t be afraid, there will be people who help you. You are not alone.” Setelah kelompok dua, diikuti dengan kelompok tiga. Kelompok tiga mengatakan, “All people are different. We have to respect them and the difference itself” dan “Mrs. G teaches her students very well”. Kelompok yang terakhir adalah kelompok tiga. Kelompok tiga tidak begitu memahami jalannya film akan tetapi mereka bisa bercerita mengenai film tersebut berikut dengan pesan-pesannya.
Atas prakarsa panitia, karena dari ketiga kelompok tersebut yang mewakili adalah mahasiswi, maka ditunjuk satu orang mahasiswa untuk menjadi pengemuka pendapat terakhir. Mahasiwa ini berkata, “When you want someone to respect you, you have to understand them first.” Kemudian, pukul 17.39, kegiatan Movie Talk ini ditutup dengan kesimpulan yang dikemukan oleh dua pembawa acara ini, “We can influence each other so what we have to do is always doing goodness.” (Anggi Nur R/ILC)